Okay, mari kita lanjutkan cerita gw kemarin di Nepal, setelah kemarin gw posting perjalanan bagian pertama sekarang gw mau lanjutin cerita bagian ke dua, semoga cerita gw ini memberikan secercah semangat untuk jalan jauh ke Nepal :D. Sik… aku tak nyeduh kopi dulu yhaa, maklum nulisnya baru bisa jam pulang kantor alias midnight :D.
17 April 2017 (Day 5) ~ Long walk (New Bridge – Jhinu – Chomrong – Sinuwa – Bamboo)
Semalam heningnya malam membawa badan jatuh ke alam tidur dan pagi dingin kala itu di New Bridge, di kasur sebelah ada Tim yang masih tidur dengan nyenyaknya. “Morning Call” yang tiap pagi selalu membawa ke toilet masih normal seperti biasa, cuman sedikit ga enak adalah airnya yang terlalu dingin untuk “itu” hehe. Sinar matahari tipis-tipis terlihat dikejauhan mewarnai salju di gunung sana, ketika awan itu tersapu dibalik bendera warna-warni itu Annapura II dengan gagahnya berdiri, memanggil setiap manusia pencintanya untuk segera mendekat. Indahnya saat itu.
Sarapan pagi dengan Black Tea dan Chappati cukup untuk pagi ini, dan kita sikat untuk makan siang yang lebih enak. Obrolan sarapan pagi dengan Tim adalah perjalanan kita akan berlanjut dan lebih jauh hari ini yaitu dari New Bridge – Jhinu – Chomrong – Sinuwa – Bamboo. Hemm.. gw gelar peta di meja makan, huft man.. it will be a long walk mate, yang akan menjadi tantangan di sini adalah jarak yang panjang selain itu adalah trekking akan naik turun naik turun naik dan turun lagi. Seperti itulah kira-kira jika dilihat dari kontur di peta.
New Bridge (1340 mdpl) ke Jhinu (1780 mdpl) –> Perjalanan dari New Bridge ke Jhinu kurang lebih 1.5 jam, dengan trek menanjak terus, sedikit mendatar ketika menemukan perkampungan di jalan setapak menuju Jhinu. Tak usah khawatir kehabisan air disini, karena sepanjang jalan dari New Bridge ke Jhinu ada beberapa tempat bisa untuk kita mengisi air (ingat bawa botol pribadi ya dan jangan buang sampah sembarangan). Setelah bertemu sungai, jalan mulai menanjak terus hingga kita bertemu lodge yang cukup asri, dan itulah Jhinu. Nah, di Jhinu ini terdapat pemandian air panas (hot spring) yang jaraknya kurang lebih 15 menit perjalanan menurun dari Jhinu (jangan lupa beli tiket untuk ke hot spring), tapi gw akan ke hot spring sekembalinya dari ABC.
Di Jhinu terdapat beberapa lodge dengan biaya sewa sekitar 180 – 200 npr per malam, dengan fasilitas kasur yang lumayan, dan kamar mandi di luar, dan di halaman hostel terdapat bebrapa weed atau ganja yang tumbuh liar dengan hijaunya. Sepuluh menit beristirahat di Jhinu menunggu Tim yang sedang bingung karena kebelet modol hehe.
Jhinu ke Chomrong (2170 mdpl) –> Eaaakkk… ini salah satu juga yang bikin lutut kiri gw bergeter (waktu itu 10 bulan pasca operasi ACL), bagaimana tidak dari bawah hingga ke Chomrong tak satupun menemukan jalan datar, hingga mendekat ke lodge di Chomrong. Tangga-tangga tersusun dari bebatuan metamorf, dari analisis makroskopis bisa dilihat jika itu adalah mineral mika, yang berkelap kelip ketika terkena sinar matahari. Dari Jhinu ke Chomrong cukup memakan waktu kurang lebih 1.5 jam perjalanan, siap-siap yah lutut, dan tetap berjalan walaupun pelan. Tips dari gw sih tetap jalan, hitung langkah kaki misal 100 langkah kemudian istirahat 1 sampai 2 menit, kemudian lanjut lagi, sehingga ritme nafas kita tetap on the track.
Chomrong merupakan salah satu check point untuk permit ACAP, jadi jika di ringkas seperti ini. Permit untuk TIMS check point dilakukan di Nayapul sebelum masuk pertigaan Gandrukh dan Grophani, kemudian untuk permit ACAP akan dilakukan di Chomorong, tepatnya setelah turun tangga akan menuju ke Sinuwa. Itu sedikit informasi untuk di Chomrong, gw tiba sekitar pukul 11.30 dengan cuaca yang cerah sekali, hampir tidak ada awan siang itu, sehingga langit biru terampang nyata di depan mata dan jauh disana terlihat Annapurna South, beruntungnya gw melihat avalanche dikejauhan (bisa kebayang pendaki-pendaki gunung 7,000an ke atas jika terkena avalanche). Gw dan Tim berisitirahat makan siang di Chomrong dan bertemu dua bule Italy (cowo) dan bule UK (cewe) dan mereka solo traveler, obrolan demi obrolan menghiasi siang itu, gw pesen fried noodles dan lemon tea yang harganya kira-kira 200-an npr total. Untuk porsi jangan khawatir, bagi lo yang makan banyak, menurut gw makanan sepanjang Annapurna trek cukup banyak kaya porsi tukang, jadi ga masalah kelaparan, tapi inget bawa duit yang cukup yak haha.
Chomrong (2170 mdpl) ke Upper Sinuwa (2360 mdpl) –> Setelah makan siang, baju kering dan mengisi air minum kita lanjutkan perjalanan ke Upper Sinuwa. Dari Chomrong Upper Sinuwa terlihat sungguh dekat, paling juga kalo ditarik lurus ga sampe 1 km, hanya saja, ke dua tempat ini dipisahkan oleh sungai, sehingga kita harus turun dulu kemudian naik lagi haha. Seperti yang sudah gw jelaskan tadi, ketika turun menuju Sinuwa, sekitar 100 meter, kita harus check point permit ACAP, dengan menunjukkan permit dan petugas akan menuliskan nama dan asal kita (Indonesia).
Tangga-tangga menurun yang berjejer tampak tiada akhirnya, lutut yang mencoba menahan beban ketika turun sungguh sedikit tersiksa, nah di Chomrong bagian bawah nanti kita akan ketemu warung yang jualan snickers, rokok, energy drink dll., namun harganya sedikit mahal bagi gw hehe.. Lanjut jalan, hingga sampai di jembatan menuju Upper Sinuwa. Nah, dari sini mulai nanjak lagi, tanjakannya mirip-mirip kaya dari Jhinu ke Chomrong, namun sedikit lebih sejuk :D, dari Chomrong ke Upper Sinuwa kira-kira 2 jam perjalanan, karena Sinuwa sendiri dibagi menjadi dua, yaitu Lower Sinuwa dan Upper Sinuwa. Siang cukup panas, haus dan kantuk hufftt… tim yang berjalan lebih cepat sepertinya sudah sampai di Upper Sinuwa. Jam 14.30 akhirnya gw sampai di Upper Sinuwa, karena ngantuk banget didukung oleh angin semilir-semilir, gw tertidur di salah pojok salah satu lodge siang itu dan terbangung sekitar 15.00.
Gw bertanya pada Tim, “Should we go now? or will we overnight here”? Tim jawab, ayo lanjut ke Bamboo…!!!!
Upper Sinuwa (2360 mdpl) ke Bamboo (2310 mdpl) –> Okay Tim, let’s go!! Kebetulan jika dilihat dari peta, Upper Sinuwa itu 2360 mdpl dan Bamboo 2310 mdpl, jadi jalan ke Bamboo akan menurun, perkiraan 1 sampai 1.5 jam untuk sampai ke Bamboo. Ternyata kenapa namanya Bamboo adalah karena menjelang lodge di Bamboo, banyak pohon bambu di pinggir jalan. Tim memutuskan untuk jalan terlebih dahulu, karena takut tidak kebagian lodge di Bamboo, kerena bulan April adalah salah satu high season pendakian di Nepal, karena cuaca yang cukup mendukung (Spring) untuk trekking. Jika, trekkers yang menggunakan jasa guide, biasanya lebih aman, karena guide mereka biasanya melakukan pemesanan kamar terlebih dahulu sebelum pendakian. Jadi, kalo kaya gw ga pake guide sama porter, jadinya harus usaha sendiri nyari kamar.
Sampai jam 17.30 di Bamboo, Tim yang tergopoh menghampiri gw yang baru sampai di Bamboo, “Putu, no room, but an american guy pleased to share his room to us” huftt.. untung aja bareng Tim jalan, selain bisa sharing cost juga dia gesit banget haha.. Nah, disini perasaan gw udah ga enak, kaki pegel banget, lutut kiri gw kerasa nyeri dan tebel, kepala terasa pusing. Masih bingung antara AMS atau kecapean, tapi ga mungkin juga sih kena AMS karena elevasinya masih 2600 mdpl di Bamboo. Oya, gw dan tim sempat berdebat dengan pemilih lodge disini, karena esok hari kita akan berangkat lebih awal sekitar jam 5.30, sehingga besok kita tidak pesan sarapan pagi, namun pemilik lodge dengan nada agak tinggi berkata “You sleep here, you dinner and breakfast here” woooowwww.. chill pak.. chilll… If you don’t order breakfast, I will charge you double for the room, What the fuck!!!.. Disini gw kesel banget sama bamboo, selain uda capek, pegel ditambah lagi bapak ini ngeselin. Okay, tomorrow we’ll be leaving at 6.00, can you serve our breakfast at 5.45 ? , akhirnya gw dan tim cuman pesen satu chapati dan itu pun kita bagi dua hahahaha..
Disini gw ketemu sama rombongan trekkers Korea yang usianya kira-kira 40-an rata-rata, duduk berkumpul melingkar berbagi beer, dalam hati gw cuman bisa melihat, betapa segaranya jika bisa menenggak segelas beer saja.. haalaaahh dasar koe kere putu (gumam gw dalam hati). Selain itu rombongan korea juga sedikit heboh, karena mereka membawa makanan mereka sendiri dari korea.. kaya film-film korea bro.. haha.. rame banget. So far, malam itu adalah malam yang ga enak, selain kamar sedikit sempit, karena 3 kasur dalam satu kamar, dan kepala yang pusing. Okay, good night mate, see you tomorrow.
18 April 2017 (Day 6) ~ ABC Yang Gagal (Bamboo – Dovan – Himalaya – Deuralli)
Pagi ke berapa yah hari itu, gw hampir lupa dengan namanya hari, yang gw ingat adalah trekking trekking dan trekking. Seperti yang kita diskusikan dengan pemilik lodge yang jutek itu, chapati cheese pagi sudah siap dengan black tea (pesenan gw paling black tea black tea dan black tea). Packing selesai, dan lanjut trekking… udara segar pagi itu merupakan penyemangat melangkahkan kaki, dan rencana hari ini adalah Bamboo – Dovan – Himalaya dan Deuralli.
Bamboo (2310 mdpl) ke Dovan (2520 mdpl) –> Bamboo menuju Dovan bisa gw bilang trek teringan dari sebelumnya, di peta kira-kira kita akan tempuh sekitar 1 jam, namun karena saking semangatnya, kita bisa tempuh 45 menit saja. Melewati perkebunan, sungai dan pemandangan indah tentunya. Salju masih tampak di kejauhan, masih jauh sepertinya untuk bisa menggengam salju untuk pertama kalinya. Tas carrier deuter vario 50+10 L gw ini terasa berat dan tidak bertambah ringan, mungkin saran gw bawalah seperlunya, jika memang mengharuskan lo bawa carrier besar (kaya pendaki-pendaki di Indonesia), bawalah daypack ukuran 30-45 liter, karena sangat membantu sekali. Tidak usah semua di bawa sak isi omahe di lebokno neng tas mu, malah mengko mesake banget lhoo. Oiyaa .. lanjut cerita yaa.. di dovan gw cuman numpang lewat aja ga sempet berhenti untuk sekedar minum air, so lanjut ke Himalaya bro.
Dovan (2520 mdpl) ke Himalaya (2920 mdpl) –> Lanjut Dovan ke Himalaya yah.. ini bukan Himalaya yang Everest itu yakk.. cuman lodge atau kampung itu namanya Himalaya. Dari Dovan ke Himalaya trek mulai mendaki lagi, kira-kira 1.5 jam perjalanan jika dilihat dari estimasi yang ada di papan informasi. Pemandangan hampir sama dari Bamboo menuju Dovan, pepohonan, suara gemuruh sungan di bawah sana, batuan metamorf yang sepanjang jalan terlihat di tebing-tebing dipinggir jalan. Namaste adalah salah satu kata yang sering kita ucapkan ketika bertemu atau berpapasan dengan pendaki lainnya, baik yang turun maupun yang naik. Begitu juga dengan porter-porter yang bertemu di jalan, gw sesungguhnya ga kuat jika melihat bagaimana porter itu bekerja. Dengan beban yang ga kira-kira, bisa sampai 80 kg, sembako yang terisi di dalam keranjang bahkan terkadang tabung gaspun mereka bawa naik. Sungguh berat pekerjaaan mereka… Lha kok malah ngelantur 😀 . Ngelantur gini, ga kerasa malah udah sampe aja di Himalaya. Disini, cuman istirahat bentar, foto-foto dan isi botol air, kira-kira waktu itu jam 09.00-an.
Himalaya (2920 mdpl) ke Deuralli (3200 mdpl) –> Lha iki.. baru joss sekarang,,, terus naik dan naik terus.. kayanya 2 jam perjalanan menuju ke Deuralli dari Himalaya,, nambah sekitar 300 mdpl untuk sampai di Deuralli. Trek ini adalah trek favorit gw kalo boleh jujur, nanjak terus tapi ga kaya dari Jhinu ke Chomrong atau Chomrong ke Sinuwa, masih mending cuman agak panjang dikit. Selain itu pemandangan disini juga baguuuuss banget, salah satunya adalah foto terfavorit gw. Disinilah gw pertama kali ketemu salju, wah ga kerasa ketika pertama kali kaki gw menginjak salju. Horaaii nya itu luar biasa.. senyum senyum sendiri, megang megang salju, remes-remes dikit, raup-raupin ke muka.. ahh noraaakk banget tu haha..
Dari tempat pertama liat salju, di kejauhan keliatan kampung, dan gw yakin itu adalah Deuralli. Terlihat dekat sih, namun masih sejam lebih perjalanan menuju kesana. Jalan aja terus, jangan berhenti, tips lagi yah, banyakin beli makanan manis kaya snickers di kota (Pokhara), karena harganya lebih murah dibandingkan disini. Semakin tinggi tempat kita, semakin mahal harga makanan. Oleh karena itu, hemat-hemat yahh, kalo budgetnya terbatas kaya gw. Kalo, misal budgetnya sedikit berlebih gpp, makannya yang enakan dikit bisa kita dapat disini, dari western food, korean food, sampai nepali’s food.
Oya, di jalan menuju Deuralli ini gw papasan sama nenek yang umurnya kalo terawangan gw sekitar 65-an mendekati 70, tapi bro, ini nenek jalannya selow tapi jalan terus ga berhenti-berhenti, dan beberapa kali nyalip gw dan bilang ” Come on young man!! move your ass off”, jleg dalah hati gw dicengin nenek-nenek. Eh tau-taunya sampe Deuralli, kita malah ngobro bertiga sama tim sambil makan siang. Yap, dia adalah nenek petualan asal Brazil, yang sedang bertualan menjelajah India, belajar Yoga, belajar Geologi satu semester doang dan apalagi yah, nenek yang pengen ke Indonesia untuk mendaki Cartenz dan she’s nice person :D, ciao grandma..
Di Deuralli, kita dapet kamar yang tanpa harus berbagi dengan trekkers lain. Kamar kecil dengan dua tempat tidur yang nyaman (dibuat nyaman sih), ada wifi juga (tapi bayar), gw coba-coba nyolong wifi tapi ketauan kayanya karena di bill keesokan harinya ada tulisan wifi charge (shit….). Mie goreng disini enak banget, pedesnya walaupun ga sesuai sama lidah gw, tapi tetep juara sih. Pelayanannya juga ramah ga kaya di Bamboo. Oya, gw di Deuralli bawah, karena ada juga lodge di Deuralli atas. Siang itu abis makan siang gw dan tim berencana untuk lanjut langsung ke ABC (Jadi kalo ini sampe ABC, kira kira kita akan ke ABC dalam waktu 2,5 hari saja), tapi setelah 45 menit jalan kaki, awan mulai naik menyusuri lembah menuju ABC, shit, it would be hard up there Tim (kata gw). So, kita memutuskan untuk kembali lagi ke Deuralli dan ke ABC esok pagi hari. Di lodge, kita habiskan waktu membaca buku, ngobrol dengan trekkers lainnya hingga gelap menjelang.
Okay.. lanjut tulisan berikutnya yah.. gw udah ngantuk nih… njir besok kudu bangun pagi lagi (kantor man) … siii yaaahh..